Baturaja, gradasigo – Di tengah pesatnya penetrasi teknologi digital, keterampilan teknis kini menjadi mata uang baru bagi generasi muda.
Menjawab tantangan tersebut, LKP Dewantara Mandiri Baturaja secara resmi meluncurkan Program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) Tahun 2025 untuk jenis keterampilan Perbaikan Telepon Seluler (Rumpun Teknologi dan Rekayasa).
Acara pembukaan yang berlangsung khidmat di Kedai Soto Chavie, Jl. Sultan Mahmud Badarudin, Sukaraya, pada Jumat sore (21/11/2025) ini, menandai dimulainya perjalanan intensif selama 150 Jam Pelatihan (JPL) bagi para peserta terpilih.
Program ini merupakan hasil sinergi strategis antara LKP Dewantara Mandiri dengan Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, serta melibatkan ekosistem pendukung dari perbankan hingga UMKM lokal.
Direktur LKP Dewantara Mandiri, Heri Safrizal, SKM, C.PS., C.VCIES., dalam orasi pembukaannya yang dihiasi pantun khas daerah, menekankan bahwa program ini adalah investasi jangka panjang bagi sumber daya manusia di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
"Kita tidak sekadar memberikan pelatihan teknis. Program PKW ini adalah gerbang menuju masa depan; sebuah ruang bagi generasi muda untuk menemukan potensi terbaik mereka di era di mana ponsel telah menjadi kebutuhan primer manusia," ujar Heri dengan penuh optimisme.
Sinergi Lintas Sektor untuk Ekosistem Wirausaha
Kehadiran berbagai pemangku kepentingan dalam acara ini menunjukkan dukungan masif terhadap penciptaan wirausaha baru di Baturaja. Turut hadir mewakili Pemerintah Daerah, Sri Hartati, S.Pd., M.M. (Dinas Pendidikan OKU) dan Rafipan, SE, MM (Dinas Koperasi dan UMKM OKU), serta perwakilan dari BPR Utomo, HIPPKI, dan HISPPI OKU.
Pemerintah Kabupaten OKU berkomitmen memberikan pendampingan bagi para lulusan agar tidak hanya terampil membongkar pasang perangkat, tetapi juga cakap dalam mengelola manajemen bisnis.
Hal ini dipertegas oleh Rafipan yang menyatakan bahwa pihaknya siap menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para calon teknisi muda ini untuk berkembang menjadi pelaku UMKM mandiri.
Urgensi Literasi Mekanik di Era Gadget
Indonesia mencatat jumlah koneksi seluler yang melebihi jumlah populasi penduduknya. Fakta ini menciptakan pasar servis yang sangat luas namun kekurangan tenaga ahli yang bersertifikat.
LKP Dewantara Mandiri menangkap peluang ini dengan meluncurkan Program PKW Tahap XXI (Silver). Pelatihan 150 JPL ini bukan sekadar kursus singkat; ini adalah inkubasi intensif yang mencakup diagnosa kerusakan hardware, optimasi software, hingga etika pelayanan pelanggan.
Program ini didesain secara komprehensif. Selain dibekali peralatan teknis, peserta juga diperkenalkan pada ekosistem perbankan (melalui BPR Utomo) untuk akses permodalan, serta platform digital untuk pemasaran jasa.
Inilah yang membedakan PKW dengan kursus biasa: adanya "jembatan" pasca-pelatihan yang memastikan alumni tidak kebingungan saat ingin memulai usaha.
Tantangan dan Harapan Pelatihan Vokasi
Ketua DPC HIPPKI OKU, Iswadi Akhmad, S.IP, menyebutkan bahwa bisnis reparasi ponsel adalah bisnis "tahan krisis". Selama orang masih menggunakan ponsel, jasa perbaikan akan selalu dicari.
Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan terbesar adalah kecepatan pembaruan teknologi. Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan di LKP Dewantara Mandiri harus adaptif.
Di sisi lain, Ketua HISPPI OKU, Bagus Suparjiyono, memberikan catatan penting mengenai tracking alumni.
"Data alumni adalah aset. LKP harus memastikan jalinan komunikasi tetap terjaga agar kita bisa melihat sejauh mana dampak ekonomi yang dihasilkan dari pelatihan ini," ungkapnya.
Dari Pencari Kerja Menjadi Pencipta Kerja
Heri Safrizal dalam sambutannya sempat menyentuh sisi psikologis peserta. Ia meminta mereka membuang mentalitas "sekadar ikut" dan menggantinya dengan dedikasi penuh.
Dengan instruktur berpengalaman seperti Firmansyah dan tim, peserta diharapkan mampu menyerap ilmu secara teknis sekaligus mengadopsi mentalitas wirausaha yang tahan banting.
Tujuan akhirnya jelas: melahirkan lulusan yang kompeten, berdaya saing, dan mampu menjadi penggerak ekonomi di lingkungannya masing-masing melalui "KolaborAKSI".
Mimpi Aris, Peserta PKW 2025
Di sudut ruangan, tampak seorang pemuda dengan tatapan antusias mengikuti jalannya pembukaan. Ia adalah Aris (21 tahun), salah satu peserta yang terpilih dari ratusan pendaftar.
Berikut adalah petikan wawancara dengan Aris mengenai harapannya:
Tanya: Apa yang membuat Anda tertarik mengikuti program perbaikan ponsel ini?
Aris: "Jujur, Pak, saya sudah lama ingin punya usaha sendiri. Di desa saya, banyak orang punya HP tapi kalau rusak harus jauh-jauh ke kota. Saya ingin jadi solusi di sana. Tapi selama ini saya hanya belajar otodidak dari YouTube, seringkali malah tambah rusak karena tidak punya alat dan dasar teori yang benar."
Tanya: Apa harapan terbesar Anda setelah menyelesaikan 150 jam pelatihan ini?
Aris: "Saya ingin punya gerai kecil di rumah. Bukan cuma servis, tapi saya ingin mengedukasi warga tentang merawat perangkat. Saya sangat bersyukur ada program gratis dari Kemendikdasmen RI melalui LKP Dewantara Mandiri ini. Bagi kami yang modalnya terbatas, alat dan ilmu ini adalah harta karun."
Tanya: Pak Heri tadi menekankan tentang 'mentalitas'. Bagaimana Anda memandangnya?
Aris: "Benar kata beliau, ini bukan sekadar bisa solder. Tapi bagaimana kita jujur ke pelanggan. Banyak orang takut ke tukang servis karena takut komponennya ditukar. Saya ingin membangun kepercayaan itu melalui sertifikat resmi yang saya dapatkan dari sini nanti."
Program PKW LKP Dewantara Mandiri Tahun 2025 merupakan manifestasi nyata dari pendidikan vokasi yang tepat sasaran. Dengan sinergi antara pemerintah, lembaga kursus, dan sektor swasta, Baturaja sedang menyiapkan fondasi ekonomi digital yang kokoh dari akar rumput.
Seperti yang dikatakan Heri Safrizal dalam pantun penutupnya, kemandirian bukanlah hadiah, melainkan hasil dari ketekunan dan keberanian untuk memulai. Kini, bola ada di tangan para peserta untuk mengubah ilmu menjadi kesejahteraan. (*)

Muhammad Sidik Kaimuddin Tomsio