News

Menembus Batas Kota, Kampung SAMTAMA Jadi Simbol Harapan Baru Pengelolaan Lingkungan di Jakarta

Kampung SAMTAMA di RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Foto: doc kemenlh.go.id

Kampung SAMTAMA di RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Foto: doc kemenlh.go.id

Jakarta, Gradasigo  — Di tengah kepadatan ibu kota dan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, secercah harapan datang dari Kampung SAMTAMA di RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Kawasan permukiman padat ini tak hanya berhasil mengelola sampah secara mandiri, tapi juga menata ulang hubungannya dengan alam — menjadikannya percontohan nasional Program Kampung Iklim (ProKlim) Lestari.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, datang langsung ke kampung ini pada Selasa (1/7) untuk melihat dari dekat bagaimana perubahan itu benar-benar terjadi dari akar rumput. Kunjungannya bukan sekadar seremoni, tapi bentuk pengakuan terhadap gerakan warga yang telah membangun ketahanan iklim berbasis gotong royong.

“Tempat ini membuktikan betapa rapi dan terorganisirnya pengelolaan sampah di tingkat RW. Ini adalah bentuk nyata dari pembangunan berkelanjutan yang berakar pada kearifan lokal dan semangat gotong royong. Semoga bisa menjadi contoh perubahan di wilayah lainnya,” ujar Menteri Hanif di sela-sela kunjungannya.

Kampung SAMTAMA—singkatan dari Sampah Tanggung Jawab Bersama—berdiri di atas lahan seluas 36 hektare, dihuni oleh lebih dari 3.700 jiwa, dan menghadapi tantangan klasik wilayah urban: banjir, limbah, dan keterbatasan ruang terbuka hijau. Namun warga RW 03 menjawabnya dengan tindakan. Mereka membentuk sistem pengelolaan sampah berbasis rumah tangga, mulai dari pemilahan sampah, komposting, hingga daur ulang anorganik. Tak hanya itu, 90% rumah tangga kini rutin mengumpulkan minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif.

Langkah-langkah adaptif lainnya juga dijalankan. Sebanyak 11 sumur resapan telah dibangun, 38 titik jalur evakuasi banjir disiapkan, dan ruang retensi air diperluas. Warga bahkan mengelola air limbah domestik secara kolektif. Di sisi lain, jalur-jalur gang disulap menjadi lorong hijau, taman ditata, dan pertanian hidroponik serta urban farming digalakkan melalui pusat pelatihan P4 Daun Hijau.

Tak heran, Kampung SAMTAMA bukan hanya berhasil meraih predikat ProKlim Lestari—penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan—tetapi juga masuk ke dalam 300 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024. Di sini, keberlanjutan tak sekadar jargon, tapi menjadi bagian dari keseharian: dari rumah, ke halaman, hingga ke ruang publik.

Kehadiran Menteri Hanif didampingi oleh Wali Kota Jakarta Pusat, Camat Cempaka Putih, Lurah Cempaka Putih Timur, dan jajaran Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Pusat. Kehadiran para pemangku kebijakan ini memperkuat sinyal bahwa transformasi lingkungan berbasis komunitas seperti di RW 03 patut direplikasi.

Kampung SAMTAMA menjadi bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari gerakan kecil yang konsisten. Bagi KLH/BPLH, keberhasilan ini menjadi titik tolak penguatan program ProKlim di wilayah urban lainnya di Jakarta dan Indonesia. Ketika warga diberi ruang, dukungan, dan kepercayaan, maka kota bukan lagi beban ekologis—tapi bisa menjadi bagian dari solusi krisis iklim nasional.

Dilansir dari laman kemenlh.go.id

Related Post