Kota Palu, Sulawesi Tengah, gradasigo - Suasana syahdu dan penuh keakraban menyelimuti perayaan tradisi Iwwadh atau Lebaran Arab yang diselenggarakan pada Selasa, 2 Syawal 1446 H, bertepatan dengan tanggal 2 April 2025. Komunitas Islam keturunan Arab di Kota Palu kembali merayakan tradisi turun-temurun ini di Toko Nadoly, toko pertama yang dikelola oleh keturunan Arab di kota tersebut. Toko Nadoly pun menjadi saksi bisu atas perayaan yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini.
Farid Jafar Nassar, seorang tokoh keturunan Arab di Kota Palu, menjelaskan bahwa perayaan Iwwadh selalu dilaksanakan pada hari kedua Idul Fitri. Tradisi ini menjadi momen penting bagi warga keturunan Arab untuk berkumpul, bernyanyi bersama, dan saling berjabat tangan memohon maaf atas segala kesalahan.
"Seperti biasanya, kita laksanakan di Toko Nadoly," ujar Farid. "Tradisi ini sudah digelar sejak puluhan tahun lalu oleh warga komunitas Islam keturunan Arab di Kota Palu."
Uniknya, tradisi Iwwadh ini hanya diikuti oleh kaum Adam. Mereka bersilaturahim dari rumah ke rumah, mempererat tali persaudaraan dan ukhuwah Islamiyah. Tidak hanya warga keturunan Arab Kota Palu yang turut serta, tetapi juga mereka yang berasal dari kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Tengah, seperti Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan komunitas dan tradisi yang mereka jaga.
Lebih dari sekadar perayaan, Iwwadh memiliki makna yang mendalam. Farid menekankan bahwa tradisi ini menyimbolkan berakhirnya segala permusuhan dan hubungan yang tidak baik. Tujuan utama perayaan ini adalah membangun kebersamaan dan memperkokoh silaturahmi.
"Bahwa hari ini kita menyelesaikan semua hubungan antara manusia. Maksudnya permusuhan, hubungan yang tidak baik hari ini selesai," tutur Farid. "Makanya kita juga hadirkan tausiah dari ustadz," tambahnya, menjelaskan adanya penyampaian pesan keagamaan yang turut memeriahkan acara tersebut.
Perayaan Iwwadh di Kota Palu menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dapat memperkuat rasa kebersamaan dan ukhuwah di tengah keberagaman masyarakat Indonesia. Tradisi ini tidak hanya diwariskan dari generasi ke generasi, tetapi juga terus dimaknai dan dipelihara sebagai perekat persatuan dan kesatuan. Semoga tradisi ini terus lestari dan menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain di Indonesia.