Denpasar, gradasigo - Menjadi penyandang disabilitas, tidak mematahkan semangat Salsa Bilah Regita Cahyani atau Salsa untuk meraih pendidikan tinggi. Salsa berhasil lulus sebagai sarjana desain dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali dan meraih gelar sebagai mahasiswa terbaik. Ia juga kini mengelola usaha butik miliknya sendiri di Bali.
"Sejak dari SLB, saya sudah ingin membuka butik. Saya ingin bisa membuka lapangan kerja bagi sesama penyandang tunarungu seperti saya,” kata Salsa mengenai motivasi di balik butik Lungga miliknya.
Beberapa produk busana karya Salsa malah sudah pernah dibeli dan dikenakan oleh sejumlah tokoh, di antaranya Cynthia Giring Ganesha, Arumi Bachsin, dan Ibu Negara Selvi Ananda.
"Saat itu ada acara Dekranasda di Bali dan saya ikut menyambut tamu sekaligus saya juga diundang untuk mengisi bazar di acara tersebut,” kata Salsa yang merupakan alumnus SLBN 2 Denpasar ini.
Lungga sendiri memiliki arti gerak tubuh. Nama ini diambil untuk menggambarkan kecintaan Salsa pada dua dunia yang ia geluti, yaitu menjahit dan menari. Butik Lungga sendiri mulai dirintis Salsa sejak tahun 2024, tepatnya setelah ia lulus dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
“Saya ingin semua Teman Tuli, dan teman disabilitas tahu bahwa kita juga bisa kalau kita diberi kesempatan. Kita bisa berkarya, bisa membanggakan. Diskriminasi pasti akan kita dapatkan karena tidak semua orang bisa menerima kita. Banyak yang belum paham dengan bahasa kita,” kata Salsa yang semasa kuliah pernah menggelar fashion show untuk Tugas Akhir di ISI Denpasar dan fashion show saat Hari Disabilitas Nasional beberapa tahun lalu.
Sempat Ditolak
Sebelum akhirnya berhasil merampungkan pendidikan dengan baik di ISI Denpasar dan meraih gelar sebagai mahasiswa terbaik, Salsa rupanya pernah mendapatkan penolakan dari sejumlah kampus.
“Saya tidak hanya mendaftar di ISI Denpasar, tetapi juga mendaftar di perguruan tinggi lainnya. Akan tetapi, hasil yang saya dapatkan sama, yaitu penolakan. Saya ditolak bukan karena nilai saya yang jelek. Alasan utama saya ditolak karena saya merupakan seorang penyandang disabilitas dan kampus belum siap menerima disabilitas,” ujar Salsa.
Semasa kuliah, Salsa bertekad untuk belajar sungguh-sungguh dan membuktikan bahwa Tuli bukan alasan untuk tidak bisa. Setelah melewati masa kuliah, akhirnya Salsa berhasil lulus hingga menerima gelar mahasiswa terbaik di angkatan.
“Momen itu merupakan momen terbaik saya selama kuliah,” kenang Salsa.
Saat ini, lanjut Salsa, masih banyak keinginan yang ingin diraih. Salah satunya adalah membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman disabilitas lainnya karena kurangnya modal.
“Saya ingin menunjukan bahwa disabilitas bukan halangan untuk membuka usaha,” tambah Salsa. Dilansir dari laman Vokasi Kemendikdasmen