Ambarawa, gradasigo - Pada tahun 1912, Ambarawa menjadi salah satu kota di Hindia Belanda yang dihuni oleh berbagai kalangan, termasuk keluarga-keluarga Belanda yang menetap di daerah tersebut.
Salah satu keluarga yang hidup di Ambarawa pada masa itu adalah Frits van Hutten dan istrinya, Ita. Mereka mengabadikan momen keluarga bersama seorang pembantu lokal, dalam sebuah foto yang memberikan gambaran kehidupan sehari-hari di Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Frits van Hutten lahir di Soerabaja pada tanggal 8 Mei 1886, sebagai putra dari pasangan Christiaan Willem Gerrit van Hutten dan Ernestine Marie Reijneke. Sebagai anggota keluarga kolonial, Frits tumbuh besar dalam suasana Hindia Belanda yang dikelilingi oleh budaya Eropa dan lokal.
Ambarawa, yang dikenal sebagai kota garnisun dengan lanskap pegunungan yang indah, menjadi tempat tinggal bagi keluarga kecil ini setelah Frits dan Ita menikah.
Foto keluarga Frits dan Ita van Hutten menampilkan potret klasik pada zamannya: Frits dengan setelan formal khas kolonial Belanda, Ita mengenakan gaun bergaya Eropa, dan seorang pembantu lokal berdiri di samping mereka.
Pembantu tersebut, yang kemungkinan besar berasal dari penduduk lokal Jawa, mengenakan kain dan kebaya, mencerminkan hubungan sosial yang kental antara kelas kolonial dan penduduk pribumi pada masa itu.
Di balik foto ini, terdapat cerita yang lebih besar tentang kehidupan masyarakat kolonial di Hindia Belanda. Frits, seperti banyak pria Eropa pada saat itu, mungkin bekerja di sektor pemerintahan, perusahaan perkebunan, atau militer, yang sering kali menjadi jalur karier bagi warga Belanda di tanah koloni.
Kehadiran Ita di rumah, didampingi oleh pembantu lokal, menunjukkan peran perempuan Eropa dalam menjaga rumah tangga dan mempertahankan tradisi budaya Eropa di lingkungan yang jauh dari tanah kelahiran mereka.
Meski demikian, kehidupan keluarga kolonial seperti Frits dan Ita van Hutten di Ambarawa bukan tanpa tantangan. Mereka hidup di antara dua dunia—dunia Eropa yang mereka bawa dari negeri asal, dan dunia lokal yang penuh dengan kebudayaan Jawa yang kaya.Pembantu lokal yang hadir dalam foto ini mencerminkan interaksi sehari-hari antara dua budaya yang berbeda, namun hidup berdampingan dalam harmoni yang seringkali juga diliputi perbedaan sosial yang tajam.
Potret ini adalah cerminan kecil dari kehidupan keluarga Belanda di Hindia Belanda, dan menawarkan wawasan tentang dinamika sosial pada masa kolonial, di mana interaksi antara penduduk Eropa dan pribumi membentuk kehidupan sehari-hari.
Potret Frits dan Ita van Hutten bersama pembantu mereka di Ambarawa sekitar tahun 1912 ini menyimpan kisah yang jauh lebih luas tentang kolonialisme, kebudayaan, dan hubungan antarmanusia di masa lalu.