Edukasi

Rasa Rantau di Dapur Pelajar: Kisah Siswa Luar Kota di Jogja Culinary School

siswabaru.Foto: doc Jogja Culinary School

siswabaru.Foto: doc Jogja Culinary School

Yogyakarta – gradasigo Di antara hiruk-pikuk Jalan Godean, Yogyakarta, aroma rempah dan adonan yang dipanggang menyeruak dari sebuah bangunan sederhana. Di sanalah Jogja Culinary School (JCS) berdiri, menjadi kawah candradimuka bagi para calon juru masak profesional. Namun, di balik seragam putih dan topi koki, tersimpan kisah-kisah perjuangan dari para siswa yang datang dari berbagai penjuru Nusantara, meninggalkan kampung halaman demi mengejar mimpi di Kota Gudeg.

Bagi mereka, JCS bukan sekadar tempat menimba ilmu, melainkan juga sebuah titik awal dari sebuah petualangan baru. Pilihan untuk menempuh pendidikan di luar kota merupakan tantangan yang tidak mudah. Ada kerinduan pada keluarga, adaptasi dengan budaya baru, dan tentu saja, manajemen diri yang harus diasah. Namun, semangat untuk menjadi koki andal mengalahkan segala keraguan.

"Awalnya berat banget, sih," ujar Putri (18), seorang siswi yang berasal dari Medan, Sumatra. "Biasanya di rumah semua disiapin, sekarang harus mandiri. Masak, cuci baju, semuanya sendiri." Suara Putri terdengar penuh kehangatan saat ia menceritakan pengalamannya. Ia mengakui bahwa adaptasi dengan logat dan kebiasaan masyarakat Jogja juga menjadi bagian dari prosesnya. Namun, keramahan penduduk lokal membuatnya merasa lebih mudah beradaptasi.

Dari Rasa Kangen Hingga Inovasi Kuliner

Kerinduan pada kampung halaman justru menjadi inspirasi bagi banyak siswa luar kota ini. Mereka sering kali membawa resep-resep tradisional dari daerah asal mereka ke dalam praktik di sekolah. Hal ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kuliner di JCS, tetapi juga menjadi sebuah jembatan emosional yang menghubungkan mereka dengan rumah.

Faza (18), yang jauh-jauh datang dari Wonogiri, Jawa Tengah adalah salah satunya. "Saya sering kangen Mie Ayam. Sambil praktik, saya coba kreasikan resep itu dengan teknik yang diajarkan di sini," cerita Faza dengan mata berbinar. "Ternyata teman-teman suka, dan itu bikin saya bangga." Pengalaman ini tidak hanya tentang memasak, tetapi juga tentang berbagi identitas dan budaya.

Sekolah sebagai Rumah Kedua

Bagi para siswa rantau, JCS telah menjelma menjadi rumah kedua. Di sanalah mereka menemukan keluarga baru. Para instruktur tidak hanya mengajar teknik memasak, tetapi juga menjadi mentor dan sosok orang tua. Sementara itu, persahabatan antar siswa tumbuh kuat, didasari oleh pengalaman yang sama. Mereka saling membantu, berbagi cerita, dan menyemangati satu sama lain, terutama saat masa-masa sulit.

Chef Roni, salah satu instruktur senior di JCS, menyoroti semangat juang para siswa luar kota ini. "Mereka punya motivasi yang luar biasa besar," ungkapnya. "Mereka rela jauh dari keluarga, mengeluarkan biaya besar, hanya demi satu tujuan: sukses di dunia kuliner. Semangat itu yang membuat mereka lebih cepat berkembang." Chef Roni menambahkan bahwa kehadiran siswa dari berbagai daerah juga membawa kekayaan kuliner Indonesia yang beragam ke dalam kurikulum JCS.

Dengan bekal ilmu, pengalaman, dan tekad yang kuat, para siswa ini siap mengarungi masa depan. Mereka bukan hanya akan menjadi koki yang andal, tetapi juga duta kuliner dari daerah mereka masing-masing. Di balik setiap hidangan yang mereka sajikan, tersimpan rasa rindu, semangat, dan cerita tentang perjalanan dari kampung halaman menuju dapur impian di Jogja.

 

Related Post