Sosok

Dari Sulsel ke Negeri Tirai Bambu: Ghina Nafi'ah Kadir Menulis Rindu dalam Sunyi

Ghina Nafi’ah Kadir: Menulis Rindu dalam Sunti. Foto: Ilustrasi AI

Ghina Nafi’ah Kadir: Menulis Rindu dalam Sunti. Foto: Ilustrasi AI

Makassar, gradasigo - Di antara gemerlap teknologi dan budaya kuno di Negeri Tirai Bambu, ada satu nama dari Indonesia yang sedang mengukir kisah istimewa. Ia bukan selebriti, bukan pula diplomat. Tapi ia membawa sesuatu yang tak kalah kuat: rindu, pena, dan cinta tanah air.

Ghina Nafi’ah Kadir, S.Kel, perempuan tangguh asal Sulawesi Selatan, kini sedang menempuh studi magister di Tiongkok dengan beasiswa penuh. Namun perjalanan akademiknya bukan satu-satunya hal yang membanggakan. Ghina juga dikenal sebagai penulis puisi yang mampu menggetarkan jiwa, menulis bukan hanya dengan tinta, tetapi dengan hati yang penuh kerinduan.

Di sela kesibukan kuliah dan adaptasi budaya, Ghina berhasil mencuri perhatian komunitas sastra nasional. Ia terpilih sebagai salah satu kontributor dalam buku bunga rampai puisi “Riuh dalam Sunyi”, yang diterbitkan oleh Dandelion Publisher. Namanya terukir bersama para penyair muda Indonesia dalam antologi yang merayakan keheningan sebagai sumber kekuatan batin.

Puisinya bukan sekadar rangkaian kata. Ia adalah cermin jiwa seorang perantau tentang betapa sepinya hidup di negeri orang, tentang rindu yang menjelma menjadi kekuatan, dan tentang keinginan untuk pulang meski hanya lewat bait. Larik-larik dalam puisinya menyiratkan perjalanan batin yang sunyi namun penuh cahaya; refleksi yang tak semua orang mampu tuliskan, tetapi banyak yang mampu merasakannya.

“Menulis adalah cara saya menjaga kewarasan, menjaga koneksi dengan rumah, dengan Indonesia, dengan ibu saya,” ungkap Ghina. “Lewat puisi, saya membisikkan rindu dan harapan yang tak sempat terucap.”

Ghina menyebut bahwa doa sang ibu, Nirmala, adalah nafas dari setiap pencapaian yang ia raih hari ini. Bersama keyakinan yang kuat kepada Tuhan, Ghina menjadikan keterasingan di negeri asing sebagai taman belajar spiritual, intelektual, dan emosional.

Sebagai bagian dari GRADASI Sulawesi Selatan, Ghina aktif dalam gerakan literasi dan pengembangan pemuda. Ia percaya bahwa setiap anak muda memiliki suara, dan salah satu bentuk suara paling kuat adalah tulisan yang jujur yang lahir dari pengalaman hidup dan perenungan mendalam.

Kisah Ghina adalah bukti bahwa perempuan muda dari timur Indonesia bisa bersuara ke panggung dunia. Bahwa puisi tidak lekang oleh zaman, dan bahwa menulis bukan hanya tentang karya tetapi tentang keberanian untuk jujur pada diri sendiri.

Ghina menulis rindu dalam sunyi, dan dari sunyi itulah suaranya menggema.
Sebuah suara yang datang dari jauh, tapi terasa begitu dekat di hati kita.

Credit by: Riska Yuli Nurvianthi (penulis, akademisi dan praktisi kesehatan)
Instagram: @panggil_akuryn

Related Tag :

Related Post